Kepolisian Turki menangkap seorang siswa di SMA (Sekolah Menengah Atas) usai ketahuan mencontek menggunakan alat kecerdasan buatan atau perangkat AI (artificial intelligence) ketika ujian masuk universitas. Pelaku dilaporkan bertingkah mencurigakan sepanjang ujian. Pelaku lain yang membantu siswa tersebut juga ditangkap pada Kamis (13/6).
Daftar Isi
ToggleKamera Mirip Kancing Baju
Polisi Barat Daya Isparta Turki merilis video bagaimana pelaku memakai kamera yang disamarkan mirip kancing baju. Kamera dihubungkan ke sistem AI dengan router yang disembunyikan di sol sepatu. Secara mengejutkan, AI itu mampu memberi jawaban yang tepat. Jawaban didapat pelaku melalui lubang suara.
Secara realita, pelaku ialah siswa yang kreatif mampu membuat kamera tak nampak sehingga penjaga ujian tidak menyangka kancing baju yang dikenakan sebenarnya kamera. Namun tetap saja atas tindakannya yang menyalahi aturan, pelaku mendapat diskualifikasi dan hukuman.
Tindakan pelaku dibantu oleh orang ketiga yang juga telah diamankan. Belum jelas apakah trik ini sudah dilakukan berulang kali oleh pelaku lain atau baru pertama kali. Polisi masih terus melakukan penyelidikan. Pengawasan dilakukan lebih ketat mengingat saat ini mencontek tidak hanya dilakukan para siswa secara langsung namun juga bisa terlihat samar melalui kecanggihan teknologi.
Baca juga: Ingin Data Anda Aman Ketika Memakai ChatGPT, 2 Cara Keamanan Data ChatGPT Ini Bisa Dicoba!
Ramai Penyalahgunaan ChatGPT

Kasus di Turki sebenarnya bukan hal baru, AI telah menjadi kontroversi karena dianggap bisa menggantikan karya buatan manusia dengan tingkat kemiripan lebih dari 90%. Salah satu yang banyak disalahgunakan ialah ChatGPT.
Di South Carolina, Amerika Serikat misalnya, seorang professor universitas bernama Darren Hick mendapati mahasiswanya memakai ChatGPT untuk tugas esai berjudul David Hume & Paradoks Horor Abad ke-18. Beruntung, sang profesor bisa mengenali karena ada kata yang janggal serta kalimat yang tidak salah namun terasa aneh.
“Ini gaya yang bersih tapi bisa saya kenali. Saya menyebut itu seperti siswa kelas 12 yang sangat cepat” kata Hick.
Ciri Pelaku Plagiat AI
ChatGPT ialah aplikasi kecerdasan buatan milik Elon Musk. ChatGPT digadang-gadang bisa melakukan tugas dan berinteraksi layaknya manusia. Profesor Hick awalnya memeriksa tugas esai mahasiswanya melalui aplikasi plagiat AI namun hasilnya 99,99% tidak plagiat. Hal ini menggambarkan betapa kecanggihan teknologi bisa kapan saja disalahgunakan.
Untuk mengetahuinya, Hick meminta pelaku menyampaikan langsung dan bercerita di hadapannya, menjelaskan tugas esai yang ia tulis. Disanalah terlihat keasliannya, apa yang disampaikan banyak berbeda dengan tulisan bahkan sejumlah kalimat ia tak bisa memaparkan.
Pelaku akhirnya tidak berkutik, ia mengakui telah menggunakan ChatGPT. Kasus ini membuatnya gagal di kelas dan ia dibawa ke dekan akademik. Hick menyarankan agar memberi mahasiswa atau siswa yang dicurigai dengan ujian lisan dadakan karena jika tidak mengerjakan tugasnya sendiri, mereka akan lengah tanpa sokongan teknologi.
Apa yang disampaikan secara lisan akan berbeda dengan tulisan yang ia buat mengingat tulisan tersebut sejatinya bukan dari pikirannya. Meski berulang kali membaca, tetap ada perbedaan antara karya buatan sendiri dengan karya yang dipelajari atau dihafal dari pihak lain termasuk AI.
Itulah sejumlah contoh kasus penyalahgunaan ChatGPT dan cara mendeteksinya. Meski tetap mendatangkan manfaat, penggunaan AI perlu diatur batasannya terutama untuk para siswa dan mahasiswa. Bergantung pada AI bukannya membuat efisiensi suatu karya namun justru ciptakan kebodohan dan ketergantungan yang nyata.
Jadi semua kembali pada pribadinya, ingin memakai teknologi untuk hal bermanfaat atau justru menggunakannya untuk hal curang dan ketidakjujuran yang tidak pantas?