Miliarder sekaligus mantan pemilik Los Angeles Dodgers, Frank McCourt, menyampaikan beberapa pendapatnya dalam konferensi Collision minggu ini.
Ia menilai bahwa media sosial pada dasarnya menunjukkan perkembangan yang tidak sehat. Meskipun demikian, Frank McCourt mempunyai keinginan besar untuk bisa membeli salah satu jejaring sosial terbesar saat ini berupa web tanpa mempertahankan hal-hal negatif yang banyak dinikmati para pengguna. Ia menekankan hanya akan mempertimbangkan seluruh asetnya yang paling berharga saja.
Dalam sebuah wawancara yang dilakukan pada hari Selasa (18/06), Frank McCourt menyampaikan rencana proyek besarnya untuk membangun kembali web tersebut bertajuk “Digital Self Determination”, yang mana sering ia sebut sebagai “People’s Bid”.
“Saya akan mewujudkan hal tersebut untuk TikTok,” ungkap Frank McCourt.
Baca juga: Mengenal Koin Tiktok! Cara Membeli, Manfaat dan Kirim Gift
Daftar Isi
ToggleAlasan McCourt Berminat dengan Tawaran Akusisi TikTok
Dilansir dari publikasi di situs PcMag pada hari Rabu (19/06) bahwa Frank McCourt memiliki minat untuk mengakusisi TikTok karena prihatin terhadap dampak bahayanya media sosial tersebut bagi anak-anak. Namun, niatnya tersebut sepertinya terbentur adanya larangan bisnis komersil TikTok di AS. Mengingat hubungan Amerika Serikat dengan negara asal perusahaan TikTok yakni China kian menegang.
McCourt sebagai salah satu orang dewasa merasa memiliki beban dan tanggung jawab untuk melindungi generasi-generasi berikutnya dari dampak langsung penggunaan TikTok.
“Saya benar-benar prihatin, maksud saya, saya sangat ketakutan dengan apa yang dialami oleh anak-anak saya yang lebih kecil saat ini,” tutur McCourt dalam wawancaranya.
McCourt Juga Menemukan Adanya Resiko Privasi dan Kontrol Bagi Orang Dewasa

Sebagai salah satu orang terkaya di dunia dengan kekayaan mencapai 1,4 miliar dolar AS, McCourt juga menemukan adanya resiko privasi dan kontrol bagi orang dewasa yang menggunakan media sosial TikTok.
“Kami kehilangan kewarganegaraan kami. Kami kehilangan hak-hak kami, akibat terlena dengan penggunaan platform besar ini,” ungkap McCourt.
Yang cukup menarik perhatian, McCourt memberi respon mengejutkan atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya. Salah satunya adalah ia tidak percaya dengan segala bentuk pengawasan yang diberikan oleh pemerintah terkait dengan jalannya platform-platform media sosial.
“Lingkungan pembuat kebijakan dan peraturan menurut saya tidak akan mungkin bisa mengimbangi kecepatan dan kekuatan teknologi,” kata McCourt.
Pendapat McCourt memang cukup masuk akal. Faktanya, segala kebijakan dan peraturan terkait platform media sosial baru muncul ketika ada masalah dan dampak merugikan lainnya.
Munculnya Ide Proyek Liberty
Selama kurang lebih 25 menit penampilannya di panggung saat diwawancarai, ia juga sempat menyinggung tentang Proyek Liberty yang diimpikannya. Secara konseptual dalam penyampaiannya, tidak jauh dari arsitektur media sosial yang terdesentralisasi seperti ActivityPub, protokol gabungan yang digunakan Mastodon, dan ATProto dari Bluesky.
Namun DSNP (Decentralized Social Networking Protocol) dari Project Liberty akan memberi orang kendali langsung atas identitas inti para pengguna dan mendesentralisasikan interaksi online dengan menuliskannya ke dalam blockchain.
“Saya pikir sudah saatnya kita mengambil kembali data kita,” kata McCourt.
Basis blockchain DSNP dapat menjadikannya sebagai sumber energi, namun kendala terbesar bagi proyek ini sejauh ini adalah kurangnya orang yang menggunakannya.
Hanya satu platform yang sudah dioptimalkan privasinya yaitu MeWe, alternatif Facebook yang telah mengadopsi DSNP, setelah menandatangani kontrak dengan Project Liberty pada tahun 2022 lalu.
McCourt bukan satu-satunya orang yang ingin bersaing untuk mendapatkan kepemilikan TikTok. Mantan Menteri Keuangan Steven Mnuchin dan mantan CEO Activision Bobby Kotick masing-masing dilaporkan mengajukan tawaran untuk membeli perusahaan tersebut.