Dr. Susanti Dewayani SpA walikota Pematangsiantar hadir di syuting perdana film semi dokumenter Siantar Hotel Berdarah pada hari Minggu (19/5) di kawasan Siantar Hotel didampingi oleh Ketua Dekranasda Pematangsiantar H. Kusma Erizal suami Susanti sekaligus penulis yang membuat buku berjudul serupa sebagai bahan adaptasi filmnya.
Pejabat lain yang turut hadir ialah Kadis Perpustakaan dan Arsip Hamzah Fanshuri Damanik serta Kadis Kominfo Johannes Sihombing. Film Siantar Hotel Berdarah mengangkat sejarah perlawanan masyarakat Pematangsiantar ketika memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
“Film dibuat dengan tujuan edukasi khususnya kepada anak sekolah dan mahasiswa” ucap Susanti.
Sebelum syuting dimulai, dilakukan pembagian makanan khas Simalungun, Doyok Nabinatur kepada tim produksi Rumah Karya Indonesia Docs dan pihak lain yang hadir sebagai bentuk doa dan syukur agar proses syuting berjalan dengan lancar. Diharapkan dengan dukungan penuh dari pemerintah, film ini mampu jadi sumber inspirasi dan memperkokoh rasa cinta pada sejarah serta perjuangan bangsa.
Daftar Isi
ToggleLatar Peristiwa Siantar Hotel Berdarah Awal Kemerdekaan RI
Film Siantar Hotel Berdarah berkisah tentang peristiwa sejarah yang terjadi di awal masa kemerdekaan RI. Alur cerita didapat dari wawancara dengan pelaku dan saksi yang terlibat di peristiwa.
Pematangsiantar sendiri ialah kota penting di era kolonial Jepang dan Belanda, punya banyak cerita tentang perlawanan pemuda di dalamnya sebelum dan setelah masa Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
Peristiwa inti yang diangkat di film ialah tragedi berdarah pada 15 Oktober 1945 ketika Siantar Hotel dijadikan markas tentara Jepang dan Belanda. Syuting pertama dilakukan langsung di jalan depan hotel yang berada di Jalan W.R Supratman Nomor 3. Hingga saat ini, bentuk bangunan hotel masih asli, sama seperti masa awal dibangunnya.
Film Thriller Sejarah Semi Dokumenter

Film Siantar Hotel Berdarah berkisah tentang pertempuran warga sipil dengan tentara Belanda di depan Siantar Hotel pasca kemerdekaan Indonesia. Saat itu tentara Belanda datang karena tidak rela mengakui kemerdekaan Indonesia, mereka ingin kembali mendapatkan kuasa.
Ambisi busuk tentara Belanda itupun mendapat perlawanan keras dari pemuda dan laskar rakyat setempat. Namun warga sipil begitu berat perjuangannya karena di masa itu kalah dari sisi persenjataan dan personil, membuat korban jiwa banyak berjatuhan dan akhirnya dinyatakan sebagai insiden paling heroik Peristiwa Siantar Hotel Berdarah.
Para pemuda tidak lelah mengintai aktivitas tentara Belanda, terus mengintai di sekitar hotel sehingga terjadi penembakan dan perang hingga akhirnya para pemuda berhasil menyerbu masuk ke Siantar Hotel dan menguasainya. Untuk mengenang peristiwa ini, telah dibuat sebuah monumen persis di depan Siantar Hotel.
Baca juga: 5 Fakta Penting Film Godzilla X Kong: The New Empire
Pesan Penulis Cerita
Buku Siantar Hotel Berdarah ditulis pada tahun 1992 dari peristiwa nyata. Kusma Erizal sangat mendukung pembuatan film Siantar Hotel Berdarah sebab berisi peristiwa yang penting diketahui generasi masa kini.
“Sebagian jejak peristiwa masih ada yang tertinggal, sebagian lagi memang sudah tidak ada. Harapannya dengan difilmkannya peristiwa bersejarah ini akan jadi dokumentasi penting untuk generasi berikutnya karena didesain secara sinematografis” ucap Kusma Erizal.
Banyak fase yang diuraikan sesuai dengan informasi dari pelaku dan saksi peristiwa misalnya masa transisi Jepang dan Belanda yang kembali ingin menguasai masyarakat Siantar, kemudian kericuhan dengan masyarakat keturunan Tionghoa.
Film bertema sejarah dari peristiwa nyata terbilang jarang muncul di Indonesia. Film Siantar Hotel Berdarah sangat layak untuk dinantikan, tidak sekedar memberi hiburan namun juga meningkatkan kesadaran akan beratnya perjuangan para pendahulu bangsa Indonesia.